Seniman Ini Angkat Isu Mental Health Pada Setiap Karyanya
fsc-watch.org – Salah satu generasi yang sangat lemah dalam menyelesaikan masalah adalah gen Z. Survei I-NAMHS (Indonesia National Adolescent Mental Health Survey) tahun 2022 menunjukkan, sekitar 1 dari 20 atau 5,5 persen remaja usia 10-17 tahun didiagnosis memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Gangguan mental ini biasanya disebut orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Termasuklah setidaknya sekitar 34,9 persen orang yang tergolong orang dengan masalah kejiwaan (ODMK).
Menurut seniman lulusan Institut Teknologi Bandung, Peter Rhian Gunawan, fenomena ini memang mendapat perhatian. Dia telah menyelipkan pesan tersebut secara systematik dalam setiap karyaannya. Salah satunya dia dapat dilihat pada lukisan karya maestro Basoeki Abdullah yang menginspirasinya ke dalam karakter ciptaananya, Redmiller Blood, melalui lukisan berjudul “Soaring in the sky”.
Karya ini akan diawali dengan pameran di booth G3N Project x Museum of Toys di “ArtMoments Jakarta”, sebuah acara tahunan yang menyatukan para penggemar seni dan kolektor dengan galeri-galeri ternama dan akan berlangsung hingga 20 Agustus 2023 di Grand Ballroom Hotel Sheraton Grand Jakarta Gandaria City.
“Salah satu alasan kenapa saya memilih Redmiller adalah karena itu bukan hanya lukisan aslinya. Redmiller ini memiliki sejarah sendiri, yang bercerita tentang kehidupannya sendiri,” ujar Peter.
Lukisan karya Basoeki yang dia hadirkan menampilkan sosok pria yang sedang menatap burung rajawali. “Ketika aku riset untuk lukisan Basoeki Abdullah, aku benar-benar bermaksud untuk membuat lukisan tentang perjuangan, proses kehidupan manusia yang relatif dengan kehidupan Redmiller ,” ujarnya.
Karena itu, Redmiller Blood dianggap sebagai sosok animasi menggemaskan yang dapat menumbuhkan rasa penuh hormat, terkesan berani, dan diterima oleh masyarakatnya. Inilah refleksi kontras dari hasrat manusia yang ingin dicintai, dianggap rendah berarti atau diperlakukan dingin.
“Sebagian orang menggunakan topeng sehingga mereka akhirnya ditolak lingkungan. Hal ini merupakan akibat yang tinggi ketidakmurnian identitas, terjadinya beberapa masalah pada kesehatan mentalnya.,” tambahnya.
Peter mengejek, tampak sangat aneh Redmiller Blood yang terlihat tidak biasa dan sebenarnya merupakan cairan mata berwarna pelangi. Cairan mata pelangi itu menjadi gambaran bahwa hidup manusia selama-lamanya akan tergantung pada tekadnya dan harapan untuk Tuhan.
“Redmiller dipercaya bahwa kejiwaannya telah menembus batas-batas yang tak ditentukan dan itu membuatnya lelah, ketegangan, dan sedih,” kata Redmillers lagi. “Kembali pada lukisan ‘Soaring in the sky’ yang dirilisnya, karakternya Blood tampak ditemani bebek-bebek yang mencoba mengangkatnya dari atas burung kardus bertuliskan ‘fragile’.”
“Penggambaran burung kardus itu memang sebenarnya mengajar hidup manusia yang sangat kecil. Tetapi, ada apakah orang-orang di sekitarnya benar-benar melindungi? Membaca pengambaran itu seperti yang dirasakan dengan senyuman licinnya, bahwa hidup itu dibawa keluar juga jika terdapat sial-sialanya.,” terangnya.
Karena ciptaan karakter Peter itu, ia ingin menyatakan kepadanya bahwa pentingnya menjaga kesehatan mental dan memberikan pembinaan untuk orang-orang yang tidak memiliki perasaan teratur.
Pentingnya membuat gambaran tentang kehidupan dan masa depan yang sempurna, bukan hanya untuk remaja. Seiring pencerahan diri, kita juga diperlukan untuk mengetahui sejarah dan kemungkinan akhir sebenarnya. Dengan lukisan “Final Destiny”, Peter ingin menambahkan petunjuk tentang apa saja yang harus dilakukan agar kehidupan didapatkan sempurna. Lukisan ini berkisah tentang perjuangan manusia selama berbagai masa dan berdasarkan ilmu pengaruh.
“Para pemuda lahir di saat yang sama seperti para pemuda yang sudah mati. Di sekitar banyak bunga sebagai simbol masyarakat yang kadang ketika kita terjatuh mereka kadang menertawakan,” kata Peter. Melalui lukisan ini, dia ingin menyampaikan pesan agar orang-orang sebaiknya jangan menganggap serius gosip-gosip tentang dirinya di luar sana. ” (Gosip-gosip itu) boleh jadi motivasi tetapi jangan jadi halangan untuk maju,” pungkasnya.
Peter menyatakan bahwa waktu sekitar satu bulan untuk menyelesaikan kedua lukisannya diharapkan dapat dipenuhi oleh beberapa pameran berpartisipasi di seluruh Indonesia dan beberapa negara lainnya.
Bagi calon creative Jakarta, pameran ArtMoments juga menghadirkan karya seniman-seniman lainnya, seperti seniman Jepang Miwa Komatsu yang dibandingkan dengan Whitestone Gallery, Arkiv Vilmansa yang disajikan oleh G3N Project x Museum of Toys, Eko Nugroho dan Heri Dono yang disajikan oleh The Columns Gallery.
Sebelumnya, Gajah Gallery menampilkan Handiwirman (disajikan oleh Gajah Gallery), seniman Indonesia muda Laksamana Ryo (disajikan oleh Gallery Afternoon), dan pelukis abstrak Indonesia Erizal (disajikan oleh GajahGallery). Pameran ini memenuhi permintaan masyarakat umum dengan 25 galeri seni nasional dan internasional yang terkenal. Pameran ini berlangsung pada tanggal 19 dan 20 Agustus 2023 dengan tiket masuk Rp100 ribu untuk umum dan Rp50 ribu untuk mahasiswa.
+